Pages - Menu

Thursday, September 11, 2014

Sukses atau Gagal ?

Berawal dari sebuah post gw di path, dan di tanggapi oleh salah satu teman dekat gw, akhirnya pembahasan bertemakan tentang "sukses" .. Memang agak keras pembahasan tersebut di path, tapi ya emang itulah cara gw dan teman-teman gw membahas sesuatu dan bertukar pikiran..
Ya karena gw dan teman-teman gw merupakan orang-orang yang kritis, jadi sering pembahasan terlihat seperti pertengkaran.. Tapi pada akhirnya, ketemu jawaban dari apa yang di bahas..

Untuk gw yang dahulu sempat aktif di dunia Multi Level Marketing, kata sukses pun melekat untuk merubah paradigma seseorang agar mau bergabung di jaringan MLM gw.. Ditambah lagi embel-embel, sukses untuk orang tua.. Makin mengunci paradigma seseorang, karena dua hal tersebut adalah hal yang sensitif untuk perasaan.. Lambat laun gw pun mulai tidak nyaman, karena sukses untuk orang tua, selalu di identikan dengan sebuah materi..Tolak ukur kesuksesan di ukur oleh uang..
Gimana bisa gw mendoktirn seseorang, mengajak seseorang untuk sukses tapi gw sendiri belom menghasilkan banyak uang? Harus berbohong kah gw tentang kesuksesan gw yang dimana kesuksesan di identikan dengan uang?
Disatu sisi, gw sebenarnya sudah merasa kearah sukses, tapi disisi lain, gw gw tidak merasa mempunyai penghasilan besar untuk kategori "sukses".. Lalu apakah arti sukses itu sebenarnya?

Mungkin untuk pertama, kita harus pahami dulu arti kata sukses secara teori terlebih dahulu secara sederhana.. Sukses itu apa? Sukses itu berhasil.. Simpel toh? Cuma sinonimnya aja.. Kalau sinonim dari sukses itu berhasil, berarti antonimnya apa? ya berarti gagal..

Nahh, kedua, kita harus pahami lagi, kenapa ada kata sukses dan gagal ? Apasih yang harus dipunyai, untuk dapat menghasilkan kata "Berhasil / Gagal" .. Setelah gw pikirkan cukup lama, akhirnya gw menemukan jawabannya, untuk menghasilkan kata Berhasil / Gagal, kita harus punya yang namanya visi misi.. Setuju donk?

Contoh sederhana, mana mungkin lo bisa bilang "gw berhasil benerin mesin mobil" kalau lo gak ada misi "membuat mesinnya bisa bekerja lagi" .. Gak mungkin lo denger kalimat "Lionel Messi gagal menjebol gawang lawan" kalau tidak punya visi misi untuk mencetak goal ?

Yang ketiga, kalau kita udah paham tentang visi misi, yang jadi pertanyaannya, Apakah visi misi semua orang sama? Kenapa orang yang punya banyak duit, disebut orang sukses, sedangkan orang yang miskin disebut orang gagal ??

Kalau gw ambil contoh sederhana di atas, "apakah lionel messi disebut sukses karena dia mencetak goal?" , kalau "mencetak goal" menjadi tolak ukur pesebak bola untuk disebut sukses, berarti Iker casillas adalah orang gagal donk, kan dia gak cetak goal??
Nahh, balik lagi ke point nomor dua tadi, kita harus liat dari visi misi seseorang, baru kita bisa mencap dia berhasil atau gagal.. Messi adalah seorang striker, visi misi dia mencetak goal.. Sedangkan Casillas adalah seorang keeper, tugas dia menjaga supaya tidak kebobolan..

Beda visi misi, berarti beda tolak ukur untuk sebuah kesuksesan atau ke gagalan..

Buat masyarakat luas, anak punk yang di lampu merah, kerjaannya ngelem aibon, mabok-mabokan, compang camping, itu bukan orang sukses.. Tapi menurut kalangan mereka, mereka itu sukses, sukses menjaga idealisme anti kemapanan.. Mereka bukan gak bisa bekerja yang lebih layak, tapi mereka tidak mau.. karena visi misi mereka, berbeda dengan visi misi orang lain.

Jadi layakkah sebuah kesuksesan, tolak ukurnya adalah materi ??
Ya, dulu gw sempat ditanya nyokap, kenapa gw berhenti dari dunia Multi Level Marketing ? ya gw bilang, visi dan misinya tidak sejalan.. Karena visi misi gw adalah, menjadi orang yang bermanfaat untuk orang sekitar, bukan hanya dari segi materi walaupun gw gak bisa munafik, gw juga butuh uang, tapi bukan berarti gw menjadikan uang menjadi tolak ukur gw..

Yak, visi gw mungkin gw harus berguna untuk orang banyak, dan dengan adanya uang, gw lebih mudah membantu orang disekitar gw, jadi itu misi gw.. Dan sukses gw adalah ketika gw berhasil mengachivekan visi dan misi gw.. Materi itu bukan tolak ukur sukses gw, tapi bagian dari visi misi gw..

Jadi, termasuk sukses atau gagalkah anda?

Sunday, September 7, 2014

Salahkah berkicau di jejaring sosial?

Setelah lama tidak menyentuh blog dikarenakan sedang sibuk mengurus bisnis cafe, akhirnya gw menyempatkan diri menulis di blog lagi karena sebuah post seseorang di path yang membahas tentang florence dan menyatakan terlalu berlebihan..

Akhir-akhir ini sedang ramai sekali di perbincangkan tentang kasus florence sihombing, dimana dia berkicau di path yang menjelek-jelekan jogja dan berujung pada dipidanakannya beliau.. Terkesan berlebihan memang, masa karena ngoceh di path, jadi di penjara.. Dan sama sekali gak ada keren-kerennya dipejara karena ngoceh di jejaring sosial..

Misalnya dipenjara si florence ketemu orang, lalu dia tanya ke orang di penjara, "lo masuk penjara gara-gara apa?" , lalu orang tersebut menjawab "gw masuk penjara gara-gara bunuh orang" , wuiih serem dan keren.. Tapi ketika orang itu bertanya balik ke florence, "kalau lo sendiri masuk penjara gara-gara apa?" , terus di jawab "gara-gara ngepost di path" .. Gw yakin, pasti langsung di cemenin parah di penjara..

Lalu pointnya dimana dari post gw?

Nahh, sbelum kita melihat kasus florence, sebenernya masih banyak kasus-kasus jejaring sosial yang akhirnya berujung pidana, ya walaupun gak semua berlanjut ketingkat selanjutnya.. Kayak kasus ahmad dhani vs farhat abbas, ada juga kicauan orang PKS dll.. Apa pantes sebuah kicauan di jejaring sosial bisa sampai berbuntut panjang?

Ada dua point yang pengen gw angkat..

Pertama, jejaring sosial merupakan dimana kita bebas mengutarakan apa isi pikiran kita, apa isi hati kita dll.. Ya contoh sederhana aja, di facebook atau di path bahkan di blackberry messanger juga, sebelum kita mengupdate post, pasti ada tulisan "What's on your mind?" ..
Ya benar, apapun yang kita pikirkan, ya gak salah.. Mau kita memikirkan yang buruk atau yang baik sekalipun, ya hak kita donk.. Jadi kalau di tanya "kenapa lo update post kayak gitu?" , tinggal di jawab "Ya kan di tanya apa yang gw pikirkan, ya gw tulis donk.. Gak ada yang salah" .. Kenapa kita harus di tuntut untuk sesuatu yang ada di pikiran kita?

Kedua, sebelum lebih jauh lagi, harus jabarin dulu, apasih arti dari jejaring sosial?

Analisis jaringan jejaring sosial memandang hubungan sosial sebagai simpul danikatan. Simpul adalah aktor individu di dalam jaringan, sedangkan ikatan adalah hubungan antar aktor tersebut. Bisa terdapat banyak jenis ikatan antar simpul. Penelitian dalam berbagai bidang akademik telah menunjukkan bahwa jaringan jejaring sosial beroperasi pada banyak tingkatan, mulai dari keluarga hingga negara, dan memegang peranan penting dalam menentukan cara memecahkan masalah, menjalankan organisasi, serta derajat keberhasilan seorang individu dalam mencapai tujuannya.
Dalam bentuk yang paling sederhana, suatu jaringan jejaring sosial adalah peta semua ikatan yang relevan antar simpul yang dikaji. Jaringan tersebut dapat pula digunakan untuk menentukan modal sosial aktor individu. Konsep ini sering digambarkan dalam diagram jaringan sosial yang mewujudkan simpul sebagai titik dan ikatan sebagai garis penghubungnya..

Setelah kita ketahui, jejaring sosial itu digunakan orang untuk berkaitan antar individu.. Lalu hubungannya apa antara point pertama dan kedua?
Langsung kesimpulan aja,
Point pertama, kalau kita berkicau di jejaring sosial adalah hak mutlak kita, karena menyangkut apa yang kita pikirkan.. Ya hak masing-masing donk.. Gw diem-diem dikamar sambil mikir jorok juga hak gw kan?
Point kedua, jejaring sosial itu media individu dengan orang lain, bahasa halusnya, individu di tengah-tengah masyarakat.. masyarakat jejaring sosial..

Sekarang kita hubungkan point pertama dan kedua, memang benar apa isi pikiran lo adalah hak pribadi lo, tapi ketika lo menshare di jejaring sosial, itu udah menjadi konsumsi publik.. Bukan pribadi lagi, terkecuali lo gak punya temen sama sekali di jejaring sosial.. kwkwkw..

Logika sederhananya, misalnya gw punya pikiran jorok, ya diem-diem gw punya pikiran buat perkosa cewek-cewek yang gw temuin.. Apakah gw bisa di tuntut hukum? ya gak donk, orang itu pikiran pribadi gw, yang tau kan cuma gw.. Tapi kalau gw mulai berkicau ke jalanan "gw pengen perkosa cewek-cewek nih", ya itu baru meresahkan dan gw bisa di tindak hukum..
Sama halnya kayak di jejaring sosial  toh? Kalau lo punya pikiran, selama lo doank yang tau, ya itu hak lo, tapi kalau udah lo share isi pikiran lo, berarti itu udah konsumsi publik, bukan pribadi lagi dan kalau isi pikiran lo meresahkan masyarakat (jejaring sosial termasuk masyarakat juga lho), ya pemerintahan berhak mencegah sebelum terjadi tindakan yang membahayakan..
Berkicau apa isi pikiran lo emang itu hak lo, tapi bukan berarti namanya sebuah hak itu gak ada batasan-batasan dan aturan-aturannya.. Karena lo punya hak, bukan berarti lo mengacuhkan hak orang lain toh?

Jadi salahkah berkicau di jejaring sosial ???


Thursday, April 17, 2014

Salahkah coret-coretan seragam?

Mungkin gw udah lulus dari sekolah dari beberapa tahun yang lalu, tapi dari jaman dulu sampai gw lulus SMA bahkan sampai saat ini, selalu ada tradisi unik yang di lakukan para siswa disaat mereka menyelesaikan Ujian Akhir Nasional, yaitu mencorat-coret baju seragam. Entah dari kapan tradisi itu ada di Indonesia dan siapa pelopornya..

Dulu disaat gw SMA dan akhirnya menyelesaikan ujian, gw salah satu orang yang ikut untuk coret-coret seragam padahal belom ada pengumuman kelulusan, tapi ya untungnya gw lulus.. Lalu kenapa gw melakukan coret-coretan padahal belum tentu lulus? Kenapa gw gak berpikir untuk disumbang aja seragamnya daripada di coret-coret? 

Mungkin disaat gw menyelesaikan Ujian Nasional, gw terlalu larut dalam euphoria, seakan-akan gw terlepas dari segala beban yang ada di sekolah, merasa tugas gw di sekolah telah selesai karena kurikulum di Indonesia sangat lucu, belajar mati-matian tapi hasil akhirnya tetep aja ada di Ujian Nasional..
Gw melakukan corat-coret juga karena disaat gw menyelesaikan Ujian Nasional, karena itu hari terakhir gw menggunakan seragam (gw lulus SMA, pengumuman sudah lewat website, beda dengan jaman selesai EBTANAS waktu SD dulu, dimana gw harus kesekolah lagi untuk melihat pengumuman)..

Menyesalkah gw melakukan corat coret seragam? jawaban gw mungkin adalah "iya, gw menyesal" tapi itu disaat gw sekitar tiga tahunan lulus SMA.. Disaat gw masih menjadi seorang mahasiswa, gw akhirnya memandang remeh anak-anak SMA yang melakukan corat coret seragam, di benak gw hanya ada kalimat "Ngapain sih pada corat-coret seragam? gak berpendidikan banget, dasar bocah ababil baru lulus sekolah, kenapa sih dulu gw juga coret-coret seragam?", terkadang gw berpikir "Kenapa seragamnya gak disumbangin ke adik-adik kelasnya aja, mungkin lebih bermanfaat?" .. Ya, itulah jalan pikiran gw disaat umur gw sudah melewati batas untuk di sebut "Remaja", jalan pikiran yang seolah-olah "dewasa", kata-kata yang selalu mencoba untuk "dewasa" selalu gw keluarkan..

Itulah pandangan gw disaat gw memasuki umur "dewasa", gw pun mulai bersikap selayaknya orang dewasa tapi sayang sekali, untuk umur di awal 20an, gw baru dewasa berdasarkan teori, bukan pengalaman..

Seiring berjalannya waktu, sampai saat ini setelah gw lulus bertahun-tahun yang lalu dari SMA, gw mulai menyadari, gw udah sangat lama tidak bertemu dengan teman-teman SMA dulu, gw mulai menyadari kalau gw merindukan masa-masa SMA, gw mulai menyadari kalau waktu itu gak bisa di ulang..

Banyak orang-orang yang dewasa berdasarkan teori berkata "Buat apa coret-coretan seragam, mendingan bajunya lo sumbangin aja buat adek kelas lo", gw mungkin akan bertanya balik, "cuma satu seragam lo coret-coret, lo masih punya seragam yang lain buat di sumbang kan ?? emang semua baju seragam selama SMA bakal lo coret-coret? gak kan, cuma satu set seragam yang lo pake terakhir, di kelas terakhir lo berjuang bareng-bareng dalam satu ruangan", mungkin akan gw tambahkan statement, "lo baru lulus SMA tuh dua sampai tiga tahun, lo belom rasain dimana temen-temen SMA lo udah pada sibuk kerja, ada yang udah nikah dan waktu untuk ketemu udah jarang.. lo bisa ngomong berdasarkan teori, tapi disaat umur lo makin bertambah, lo akan sadar, lo merindukan teman-teman SMA lo dan seragam coret-coretan lo itu kenang-kenangan dari teman-teman SMA lo, yang mungkin 10 tahun lagi belum tentu bisa ketemu lo.. Itu karya temen-temen lo yang menandatangani langsung dari tangannya, bukan hanya sekedar foto di buku tahunan"..

Selama coret-coretan hanya sebatas di seragam, gw rasa masih bisa di terima asalkan tidak anarkis, tidak ada tauran, tidak ada coret-coretan tembok dan tindakan-tindakan lain yang mengganggu ketertiban kan..
Mungkin masih banyak yang mempertahankan argumen "tetep aja, lebih baik di sumbang", pertanyaan gw cuma satu "dari 100 orang yang bilang lebih baik menyumbangkan seragam, kira-kira berapa persen yang benar-benar menyumbangkan seragamnya?" mungkin lebih dari 50% hanya bisa berkata lebih baik disumbang, padahal seragam mereka yang tidak terpakai hanya menjadi kain lap di rumah.. Kalau memang di sumbangkan, gw sangat mengapresiasi, tapi kalau ternyata hanya di mulut, mungkin gw hanya bisa mengecap "dewasa secara teori"
Jadi salahkah coret-coretan seragam?


Monday, April 7, 2014

Harapan Palsu atau Berharap Lebih ?

Akhir-akhir ini mulai banyak terdengar istilah "Pemberi Harapan Palsu" atau yang biasa di singkat PHP, apalagi dalam dunia percintaan remaja jaman sekarang, istilah tersebut sering banget terdengar.. Alasannya sepele, karena para remaja tersebut tidak mendapatkan sesuai keinginannya padahal terbuka 'jalan' untuk mendapatkannya..

Banyak temen gw akhirnya curhat ke gw, katanya lagi galau.. Setelah gw tanya, "Galau kenapa lo?" , di jawabnya "gw di PHPin" , bukan hanya satu atau dua orang yang curhat ke gw, bahkan ada yang satu orang tapi di PHPin terus2an.. Mungkin di kepala gw juga bertanya, "ini kenapa curhat sama gw? gw aja kadang deketin lawan jenis, tapi gak dapet2"..
Dari situ gw malah berpikir, kenapa ada orang yang deketin lawan jenis, udah deket banget, lalu di tolak, mereka berpikir kalau di "PHPin" sedangkan gw, deketin cewek berkali-kali, udah deket, gak nembak aja di tolak (wkwkwk.. sedih banget ya gw?) tapi gw gak pernah ngerasa di PHP in .. Lalu apa arti dari PHP itu sendiri ??

Gw mencoba menganalisa sendiri, kalau di bilang jomblo ngenes, harusnya gw lebih ngenes donk (eh sorry nih, gw jadi curcol).. Akhirnya gw menemukan, kenapa banyak istilah PHP..

Menurut analisa gw, banyak orang terlalu terjebak dengan perasaan sampai lupa bagaimana berpikir, banyak kasus yang merasa di PHPin karena si lawan jenis udah baik, udah bikin nyaman, ibarat kata sih udah ada jalan buat ke tahap selanjutnya tapi ternyata apa yang di terjadi tidak sesuai di inginkan..
Yak, ternyata mereka lupa bahwa manusia adalah mahluk sosial, jadi terkadang mereka lupa, insting manusia sebagai mahluk sosial adalah berbuat baik buat sesama, kita terlalu sibuk mencari tahu isi perasaan lawan jenis tanpa sadar, kita juga harus mencari tahu apa isi pikiran lawan jenisnya.

Banyak orang terjebak dengan perasaan sendiri dan menganggap orang lain mempunyai perasaan yang sama.. Ada orang yang dekat dengan kita, lalu kita langsung mengambil kesimpulan "oh, ini orang pasti suka sama gw", kita terlalu sibuk menyimpulkan perasaan sampai kita lupa bagaimana menyimpulkan isi pikiran lawan jenis, mungkin mereka hanya suka menebar pesona, mungkin mereka hanya mencari 'mangsa baru', mungkin mereka hanya ingin dikagumi, mungkin mereka hanya ingin terlihat baik, mungkin mereka hanya ingin menunjukan sisi sosialnya.. Dan masih banyak kemungkinan-kemungkinan lain yang ada di pikiran lawan jenis.

Terkadang kita suka terlalu percaya diri, terlalu beranggapan kalau orang yang dekat dengan kita otomatis suka dengan kita, dan membuat kita memasang "Target" terlalu muluk, begitu apa yang kita inginkan tidak sesuai dengan kenyataan, kita langsung mengecap "gw di PHPin"..

Pertanyaannya adalah, kita yang di beri harapan palsu atau kita yang berharap lebih ??


Saturday, April 5, 2014

Haruskah gw memilih partai hanya karena satu tokoh?

Tidak terasa, sebentar lagi pesta demokrasi di Indonesia akan berlangsung..
Gw bukanlah pendukung salah satu partai, dan dengan post yang gw tulis ini tanpa adanya tujuan menjatuhkan salah satu partai, hanya ingin menulis berdasarkan opini gw aja..

Pada tanggal 9 April 2014 adalah saatnya memilih wakil rakyat.. Secara pribadi mungkin gw memang mengagumi sosok Joko Widodo.. Dari sepak terjangnya dan kejujurannya. Setelah melihat sepak terjangnya, banyak pula rakyat yang mengiginkan beliau untuk naik menjadi RI 1 ..
Gw tunggu berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan.. Tapi tidak ada kepastian bahwa Jokowi maju menjadi kandidat capres dari partai banteng bermoncong putih..

Setelah di tunggu sekian lama, baru pada tanggal 14 maret 2014 di deklarasikanlah jokowi menjadi Capres dari Partai Banteng bermoncong putih, dari awal mungkin gw menghendaki beliau yang naik menjadi pemimpin bangsa ini tapi entah kenapa, sekarang justru gw pribadi meragukan beliau..
Banyak pertanyaan yang ada di kepala gw, apakah pencalonan beliau emang murni untuk kepentingan bangsa atau hanya karena untuk mendongkrak suara untuk PDIP dengan memakai popularitas Jokowi ??
Jika memang bertujuan demi kepentingan bangsa, kenapa Jokowi di deklarasikan tidak dari jauh-jauh hari ketika banyak yang berteriak-teriak ingin Jokowi dicapreskan ?? Jika memang di deklarasikannya Jokowi butuh waktu yang lama, kenapa dideklarasikan disaat sebelum waktu kampanye dimulai, bukan setelah pemilihan legislatif selesai ??

Apakah memang Megawati seorang yang nasionalis dengan tema "Indonesia Hebat" yang di usungnya bersama Puan Maharani ?
Ingatkah, siapa yang menjual 'Indosat' keluar negeri ??
Pada masa pemerintahan siapakah indonesia menjual aset-asetnya ?
Pada masa pemerintahannya, Megawati menjual gas tangguh dengan harga murah ke china ($3 / mmbtu) tapi sekarang malah beliau yang teriak "selamatkan migas"

Apakah memang Megawati seorang yang pro rakyat kecil??
Ingatkah, siapa yang membuat undang-undang tentang outsourching yang memberatkan buruh? Sekarang Megawati yang teriak-teriak membela buruh..

Haruskah gw memilih suatu partai hanya karena satu tokoh? Partai yang berdasarkan index malah menjadi partai terkorupsi..
Apakah karena satu tokoh, bisa menghapus 'dosa-dosa' yang dilakukan partainya?